SINOPSIS:
Irfan adalah laki-laki dari keluarga sederhana. Ibunya menjalankan usaha katering rumahan, sedangkan ayahnya membuka bengkel kecil. Sejak SMA, Irfan dikenal sebagai siswa jahil dan bukan termasuk murid berprestasi. Ketika banyak teman seangkatannya mulai merancang masa depan, Irfan belum memiliki rencana. Ia bahkan tidak berniat kuliah dan lebih memilih bekerja setelah lulus demi membantu ekonomi keluarga. Namun, rencana itu ditolak oleh orang tuanya—terutama sang ibu yang ingin Irfan melanjutkan pendidikan hingga sarjana. Di saat itulah ketertarikan Irfan terhadap Jepang mulai tumbuh, bermula dari kalender bergambar ikon Jepang yang di kalender. Ketertarikan ini berkembang menjadi mimpi untuk bisa menempuh pendidikan di sana. Dua sahabat Irfan, yaitu Iqbal dan Alena, mengetahui keinginannya. Alena lalu memperkenalkan Irfan pada Ichika, seorang mahasiswa asal Jepang yang ia kenal saat menempuh pendidikan di Amerika. Ichika memberikan informasi seputar beasiswa dan sistem pendidikan di Jepang. Irfan mencoba mendaftar, gagal berkali-kali, namun tetap mencoba hingga akhirnya diterima di Wakayama University. Setibanya di Jepang, Irfan bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidup dan mengurangi beban orang tuanya. Ia tetap menjalankan ibadah lima waktu dan aktif di Masjid Agung Osaka. Di sana, Irfan bertemu Ustaz Herizal, warga Indonesia yang sudah lama tinggal di Jepang. Ustaz Herizal banyak membantunya, dan Irfan kembali menjadi marbot, seperti yang ia lakukan saat tinggal di Jakarta. Irfan juga membantu beberapa orang yang ia temui selama di Jepang. Salah satunya Kei, teman kampus yang mengalami kekerasan fisik dari ayahnya. Kei sempat menaruh perasaan pada Irfan, tetapi Irfan menolak karena perbedaan agama. Irfan juga membantu Karina, gadis asal Indonesia yang kabur dari rumah karena konflik dengan ibunya. Karina merasa nyaman di dekat Irfan, namun Irfan kembali menolak karena menilai perasaan Karina lebih dipicu oleh kondisi psikologis, bukan cinta yang sehat. Sementara itu, Irfan dan Ichika terus berkomunikasi lewat email. Meski belum pernah bertemu langsung, mereka rutin bertukar kabar dan saling memberi dukungan. Ichika pulang ke Jepang tanpa memberi tahu Irfan. Selama di Jepang, Ichika mulai tertarik dengan Islam. Ia belajar secara mandiri, lalu dibimbing oleh istri Ustaz Herizal, yang juga seorang mualaf. Setelah memahami dasar-dasar agama, Ichika memutuskan menjadi mualaf atas keinginan sendiri. Pertemuan Irfan dan Ichika akhirnya terjadi dalam situasi yang tidak biasa. Mereka terlibat dalam konflik dengan kelompok mafia dan saling membantu, karena keduanya memiliki kemampuan bela diri. Di sinilah latar belakang Ichika terungkap: ia berasal dari keluarga Amano, salah satu keluarga konglomerat yang memiliki hubungan dengan jaringan mafia di Jepang. Meski berasal dari keluarga yang sangat kaya, Ichika dan keluarganya menghargai kepribadian Irfan—jujur, tekun, dan pekerja keras. Irfan tidak merasa rendah diri, justru tetap pada prinsipnya. Ichika adalah satu-satunya perempuan yang sejak awal sudah mendukung proses perjuangannya, bahkan sebelum ia diterima di universitas. Di kelilingi 3 perempuan yang mencintainya: Kei, gadis korban kekerasan ayah tirinya, Karina, artis cantik yang ditinggal ayahnya sejak kecil dan jatuh cinta kepada kebaikan Irfan, serta Ichika, gadis Jepang misterius yang dari awal sudah menarik perhatiannya. Selain semangat Irfan meraih mimpinya di Jepang, belajar, bekerja, serta tetap teguh memegang nilai agama dan kebaikan, kisah romantis cinta Irfan dan para gadis tersebut memberikan warna yang manis dan cantik pada kisah hidup Irfan. Akhirnya, Irfan memilih Ichika sebagai pasangan hidupnya. Bukan karena latar belakang atau status sosial, tetapi karena proses panjang yang mereka lewati bersama—dari fase bingung menentukan arah hidup, perjuangan menempuh pendidikan, hingga menghadapi konflik dan perbedaan secara dewasa.

PENULIS:
Defi Taslim

PENERBIT:
SYAB

KATEGORI:
Buku Islami

SEGMENTASI:
UMUM

TEMA:
Novel